Be A Clown?
Lagu ripped pants nya spongebob itu maknanya dalam loh, baru sadar aja ternyata sampai sana rasanya.
I thought I had everybody on my side. But I went and blew, all sky high. And now she won’t even spare a passing glance. All just because I ripped my pants
When big Larry came around, just to put him down,Spongebob turned into a clown. And no girl ever wants to dance. With the fool who went and ripped pants
Pagi ini kulihat kiriman instagram salah satu organisasi besar di kampusku. Lalu tidak sengaja muncul foto salah satu temanku yang mengisi sharing di salah satu feednya. Kamu tahu? Menjadi disorot adalah fitrah perempuan, untuk dilihat dan diperhatikan. Mungkin juga untuk laki-laki, dengan dorongan pengakuan dan validitas kontribusi meskipun tidak semua orang seperti itu.
Aku bagaimana? Mana mungkin tidak, meskipun banyak orang melihat diriku sepertinya tidak pernah menaruh iri dan dengki pada orang lain, tetapi hatiku tidak sebening Siti Maryam, satu dua hal mungkin mengganggu. Seperti saat aku melihat sosok itu tampil dengan cantik di feed senat kampus. Saat itu dengan jelas track recordnya terulang dalam memoriku, betapa “sempurna”nya dirinya dan maksimal dalam banyak hal ketika dia menjadi mahasiswa. Bagaimana tidak, kepintarannya tidak diragukan, sepuluh besar di jurusannya. Belum lagi banyak organisasi kampus yang “menarik dirinya” karena kontribusinya gemilang. Ditambah, cantik dan tegas, tidak murah membagi kedekatan dengan lawan jenis. Jelaslah orang-orang akan tertarik pada sosok sempurna seperti ini. Mahasiswi mana yang tidak iri? Atau mahasiswi mana yang tidak ingin menjadi temannya? Nice girl.
Sudah pasti, ketika memori itu berputar, otak akan otomatis mencari sosokku dalam lembar-lembar mengagumkan perempuan itu. Ah iya, selama dia belajar, aku sedang apa? selama dia berorganisasi, apa yang tidak kulakukan hingga tidak bersinar seperti dirinya? Ah, kalau soal cantik, sudah jelas aku kalah. Tapi.. adakah yang bisa kubanggakan dari diriku jika kubandingkan dengan dirinya?
Lagi lagi aku merasa jatuh, atas pencapaian orang lain. tergerak untuk mencari, sebenarnya apakah selama ini aku kurang maksimal menjalani peran? Akhirnya kubuka feed instagramku dari awal. Kulihat cukup banyak yang kubagikan disana.. dengan berbagai moment dan rasa. Dan hey! Kutemukan banyak hal yang kumiliki dan tidak dimiliki sosok itu.
I know I shouldn’t mope around, I shouldn’t curse. But the pain feels so much worse’
Cause windin’ up with no one is a lot less fun. Than a burn from the sun or sand in or buns
Cukup banyak yang terjadi di masa lalu, tapi entahlah masih banyak hal yang perlu disyukuri. Ternyata setelah cukup lama mengingat, tidak seharusnya aku merasa menjadi badut yang kalah ketika dibandingkan dengannya. Tidak seharusnya aku menjadi lemah dan minder ketika mengingat pencapaian yang sosok itu lakukan. Tidak seharusnya, sungguh tidak seharusnya.
Bukankah kami memiliki jalan masing-masing?
Terlebih ketika sosok cantik nan tangguh itu bersandar padaku, meminta aku untuk ikut mendoakan dirinya yang saat itu tengah menjalani amanah besarnya. Terlebih ketika dirinya terlihat sangat lemah dalam keadaan lelah dan mungkin karena itulah dia sedikit menggerutu. Ah, aku sungguh merasa dia juga manusia. Apalagi setelah dia jelas-jelas bersandar padaku, bersyukur ketika bertemu denganku, dan lagi-lagi membuatku tertegun ketika dia menatapku penuh takjub dan terpesona seakan-akan aku menjalani kehidupan kampus yang dia dambakan.
Ah bagaimana ini? bukankah aku yang sebelumnya melihatnya seperti itu? Apa dia tidak bahagia dengan hidup yang dia jalani? Apa dia kesepian?
Menurutku dia bisa mensyukuri banyak hal yang telah dia miliki dan dia lewati. Lalu semua kesadaran itu membawaku pada kenyataan bahwa apa bedanya denganku? bukankah aku bisa bersyukur atas hal yang telah kulalui pula ? bukankah aku memiliki hal yang mungkin dia inginkan? teman yang selalu bersedia mendengarku hingga malam berganti pagi, suasana nyaman dan kedekatan hati dengan orang-orang yang mengingatkan pada Allah, tidak ada laki-laki yang berani mendekat dan mengganggu, ketenangan hati atas banyak hal dan pikiran & prasangka yang positif. Bukankah itu “pencapaian” yang lebih bisa memperkaya hati? meskipun sama sekali tidak tercatat dalam CV, atau terpasang di media sosial dan dilihat sebagai sosok yang berpengaruh. Ah, seharusnya bab ini sudah kutamatkan sejak awal. Bukankah memang seperti itu? bukankah kamu mengambil peran langit? Jadi seharusnya tidak apa kan jika saudarimu yang menebarkannya di bumi? Setidaknya ya ci, setidaknya saudarimu ini tetap merasa ingin selalu terisi. Meskipun kapasitasnya belum sampai kesana, tapi semoga kesempatan membuatnya semakin terisi dan terlengkapi dalam kebaikan.
Aku jadi semakin sayang dengan sosok ini. Aku jadi merindukan saat-saat dirinya menangis ditengah doanya, lalu berpura-pura flu ketika kutanya alasannya. Aku sayang karena dia bergerak menuju Allah.
Tidak apa jika pencapaiannya, pun pencapaianku, membuat kami saling merasa terhempas. Bukankah itu salah satu cara untuk bergerak lagi ke atas?
Dia yang maksimal dalam akademik dan amanah yang dia jalani, membuatku merasa perlu untuk maksimal juga sebagaimana seorang muslim menjalani amanahnya.
Aku yang diberi kesempatan untuk merasakan manisnya persaudaraan dan ketenangan, mungkin membuatnya kembali meluruskan niat dan merajut kedekatan denganNya.
Seperti itu bukan, fungsi dari seorang teman? Refleksi. Dan kuncinya adalah menjadi diri sendiri :)
Now I learned a lesson, I won’t soon forget
So listen and you won’t regret
Be true to yourself, don’t miss your chance
And you won’t end up like the fool who went and ripped his pants!
Sejenak, aku merasa benar-benar memahami perasaan SpongeBob saat menyanyikan ripped pants. Seakan merasa kekecewaan yang dalam pada dirinya sendiri. Dan benar.. tidak sebaiknya terus menerus muram dan mengutuk diri. Tetapi jadilah diri sendiri, jangan menjadi orang lain.