Beda porsi

Ternyata lebih mudah menyukai seseorang dan menyimpan rasa itu sendirian, dalam pikiranmu sendiri. Berimajinasi dan bahagia dengan dirimu sendiri, menceritakan hari-hari bahagia kepada Tuhan saja. Tidak ada interaksi dua arah, tidak ada respon. Sungguh ternyata itu lebih menenangkan hati ketimbang perasaanmu seolah direspon, dijawab, diberi perhatian dan dibuat nyaman namun nyatanya tidak. Nyatanya bukan seperti porsi yang kamu ingin dapatkan dari jawaban perasaanmu.

Apa aku terlalu jahat? Bukankah dia hanya ingin berteman? Tapi aku dengan ketusnya memotong kenyamanan pertemanan itu karena hatiku yang lemah ini. Hatiku lemah sekali untuk memilah dan menaruh harapan. Nyatanya dia hanya memberi porsi sebagai teman, teman dekat katanya. Mungkin sebenarnya aku bisa lebih lepas dalam pertemanan ini, tapi sulit sekali melawan hati. Terlebih saat ini, tidak ada lagi orang yang kutunggu dan kuharapkan dari rangkaian masa lalu. Semua sudah menemukan pasangannya.

Nyatanya, semakin lepas diriku padanya, semakin kutunjukkan sisi kelemahanku, semakin aku bergantung dan sulit sekali untuk bisa berdiri sendiri lagi. Aku tidak mau nanti akhirnya aku merasa kehilangan-lagi-, kehilangan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dimiliki.