Beginilah Jadi Pemimpin
Ya.. beginilah jadi pemimpin. Seakan diminta untuk bersemangat sepanjang waktu. Menjadi call center di segala situasi. Diperlukan kesediaannya setiap saat, tidak henti henti. Bekerja sebagai alarm yang berdering mengingatkan, sebagai motor yang terus bergerak sekaligus bensin yang mengisi semangat anak buahnya, sebagai tungku yang tidak pernah padam.
Eits, sebentar. Tidak ada yang ‘selalu’ dalam manusia. Manusia punya batas. Dan aku yakin, pemimpin mana-pun di dunia ini pasti punya masanya, punya jeda dan ruang untuk dirinya sendiri. Tidak, tidak akan ada pemimpin yang selalu bersemangat selama dia menjabat. Tidak akan ada pemimpin yang tangguh menopang segala beban dari amanahnya. Tidak akan ada pemimpin yang sanggup menghadapi seluruh kepala yang dipimpinnya setiap saat.
Bagaimana rasanya? Coba saja bayangkan ketika presiden mengurusi menteri-nya, kementerian A bermasalah dengan sesuatu, lalu presiden turun tangan. Tidak lama, kementerian B kosong kendali dan kewalahan, presiden turun tangan. Belum lagi kementerian C yang dewan-dewannya entah ada dimana. Sungguh, sepertinya urusan dunia tidak ada habisnya ya Pak Presiden! Atau mungkin bisa kita bilang, ladang pahala luas sekali ya pak, kita tidak pernah diminta berhenti mengurus ladang kita.
Tapi disitulah seni-nya, disaat orang-orang datang silih berganti, kita semakin paham ya pak, kita punya porsinya untuk turun tangan langsung. Kita punya waktu dan batasnya untuk menggerakkan. Kita bisa melihat banyak sekali pola setiap orang, dan kita memahaminya. Dan kita tahu, tidak akan selamanya seseorang pergi, pun bertahan. Semua orang punya ritme dan waktunya.
Pun pemimpin itu sendiri, pasti ada kunci-kunci ajaib yang mereka pegang untuk selalu bersedia mengayomi. Pasti ada trik-trik tersendiri untuk tetap bersikap bijak dan tampil menengahi, menjadi orang yang dingin kepala dan luas hati serta dalam pertimbangannya. Pasti ada waktu tertentu, dimana setiap peluh sang pemimpin akan luruh seluruhnya, akan lemah-selemah lemahnya. Ah iya, barangkali memang dia hanya melakukannya dihadapan Tuhannya, kan?
Aku belum mengerti seperti apa dan bagaimana konsep yang dipegang pemimpin luar biasa di seluruh negeri, dalam mengartikan kata ‘bertahan’. Tapi aku tahu satu hal, kembalinya seseorang dalam barisan adalah salah satu alasan membuat pemimpin itu tersenyum dan mungkin bersyukur karena dirinya sudah bertahan hingga titik itu.
:)
terimakasih telah kembali. kami selalu menantimu.