Benar Salah

Invisible Adventure
3 min readFeb 21, 2021

--

Cruises to Bitung, Indonesia Port | P&O Cruises

Ternyata sebuah warna bisa mengajarkanku tentang arti kebenaran.

Kita bersekolah. Menduduki bangku pendidikan di tanah air tercinta. Melahap tumpukan buku dengan lebih dari dua mata pelajaran dalam sehari. Bergegas di pagi hari, bersalaman dengan orang tua, berduyun duyun meniti jalan menuju tempat yang kita sebut sekolah.

Kita menikmati masa-masa yang membahagiakan, dengan keluguan yang mewarnai wajah-wajah kita. Kita menyantap banyak sekali tugas dan pekerjaan rumah yang selalu kita keluhkan. Kita menyukai sensasi ketakutan ketika maju di depan kelas, kebanggaan ketika guru mengapresiasi, kesenangan ketika melukis mimpi dan mencari tempat-tempat selanjutnya di masa depan.

Bangku kayu itu kini usang dimakan jaman, pun kapur dan papan tulis yang dahulu membuat tangan kita kotor. Guru-guru sudah menyebar entah di mana, meskipun ilmu dan kesannya tidak pernah hilang. Lorong dan koridor sudah direnovasi, menghilangkan bekas-bekas yang menyimpan banyak kisah. Atau bahkan bangunan kelas yang sudah lama dirobohkan, berganti dengan bangunan kelas yang baru. Teman-teman yang dahulu begitu ceria, konyol dan tidak kehabisan tingkah kini menjadi lebih dewasa.

Kita merasa kita telah meninggalkan masa-masa itu. Kita merasa kita telah berada dalam dunia yang baru, tanpa tugas, tanpa guru, tanpa buku setiap harinya. Kita berpikir bahwa setelah selesai jenjang pendidikan, kita akan berhenti belajar. Selepas lulus kuliah, kita akan belajar di mana? Menjadi murid siapa? Ke mana lagi kita akan temukan pelajaran dalam hidup? Ataukah kita sudah waktunya berhenti belajar? Tetapi semua konsep dalam kepala kita ternyata tidak sesempit itu maknanya.

Ah, sejatinya kita tidak akan pernah berhenti belajar.

Kita tidak menyadari bahwa berbicara dengan orang lain, mengamati orang lain, mengambil hikmah atas kejadian dalam hidup orang lain adalah bagian dari proses belajar.

Sesederhana memahami sebuah warna. Kita sedang diajarkan untuk memahami apa yang kita lihat. Selama ini kita setuju dengan kalimat “gunung itu hijau, langit itu biru, awan itu putih”. Nyatanya, tidak selamanya langit akan berwarna biru. Sebuah warna akan terproyeksi oleh mata tergantung dari panjang gelombang yang kita tangkap. Satu objek yang sama bisa menghasilkan warna yang berbeda jika dilihat dari tempat yang berbeda. Seperti matahari tenggelam, bukankah nyatanya kita yang bergerak menjauhinya ketika semburat merah itu kian menghilang?

Nyatanya, tidak ada benar dan salah yang mutlak dalam hidup ini. Sebuah pantai kulihat dari satu sisi, birunya berkilau indah. Pantai itu disebut biru jika dia dilihat dari sisi terdekat pantai, pun juga benar dibilang hijau toska jika dilihat dari sisi atas laut. Hal yang membedakan adalah sudut pandang dan pemahaman kita. Sekali lagi, di dunia ini tidak ada kebenaran mutlak selain kebenaran yang dibawa oleh agama.

Pemahaman kita tidak terbatasi oleh dinding sekolah. Pantai dan laut tetaplah seperti pada tempatnya, hanya saja cara pandang kitalah yang terus menerus berkembang, melihatnya dari berbagai sisi. Bangku pendidikan tetaplah bangku pendidikan, tetap memberikan pelajaran yang mungkin maknanya belum kita mengerti saat itu. Tetapi suatu hari nanti, kita paham bahwa pengalaman akan menyempurnakan konsep kita menjadi utuh dan keimanan akan membuatnya menjadi sempurna. Sekolah yang bukan lagi belajar dalam kelas, tetapi lebih jauh lagi menembus batas ruang, waktu, jarak dan usia.

Selamat belajar, pintu kelas terbuka lebar.

#30DWCJilid28
#Day27

--

--

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet