Bertemu Alya

Invisible Adventure
4 min readMay 2, 2021

--

Aku belum bisa mendefinisikan bentuk rasa semacam ini. Ketika aku bertemu dengannya, rasanya seperti aku sudah menyayanginya sejak lama. Lamaaa sekali, bahkan sosoknya sudah berlarian dalam benak.

Siang itu aku gugup, sekaligus tidak sabar menunggu waktu pertemuan kami tiba. Tim pengentri data di kantor pengumpulan data tempat aku orientasi kerja itu memutuskan untuk membagi hasil kerja bersama dalam agenda buka puasa di salah satu saung daerah utara kotaku. Aku senang karena itu artinya aku akan bertemu dengan keluarga dari bapak seksi yang selalu bercerita. Kenapa bisa senang? Entah lah.. Posisikan saja dirimu menjadi aku saat itu. Aku yang bertemu dengan sosok berusia 10 tahun di atasku, aku yang mendapat banyak sekali cerita tentang perjalanannya di penempatan, tentang hal-hal yang beliau sudah lalui, hal-hal mengesankan dan mendebarkan yang sama sekali tidak kuduga, aku yang sejak bulan Oktober mendengar cerita Provinsi Maluku Utara dengan detail, hingga rasanya aku bisa merasakan ada di sana.

Aku yang menyaksikan bagaimana bapak (sebenarnya lebih tepat disebut kakak) bercerita dengan gayanya yang selalu excited, atau cerita-cerita yang menguras emosinya hingga nada suaranya ikut meninggi, atau cerita tentang kehidupan keluarganya yang menikmati indahnya pantai Tidore. Aku mendengar dengan seksama, seakan-akan aku akan menemukan permata dibalik ceritanya yang tidak jarang diulang-ulang. Aku bahkan bisa dengan jelas mengenal Alya, Alka, kedua anaknya itu dan istrinya, saat beliau menceritakan akhir pekan yang mereka lewati di sana. Mereka menyusuri pinggiran pantai dengan motor seadanya untuk mencari tempat yang cukup sepi, berenang-renang di tepian pantai biru yang bersih, meminum es kelapa yang tidak sulit dijangkau, dan jangan salah, semua itu gratis, tidak ada penarikan uang tempat wisata. Membayangkannya saja aku sudah ikut merasakan kedamaiannya.

Belum cukup cerita sampai disitu, bapak membagikan banyak hal dari isi pikirannya. Akhir-akhir ini dengan beberapa point penekanan seperti :
“Sebaiknya, waktu-waktu terakhir ini jangan dihabiskan dengan menyelesaikan pekerjaan rutin saja. Kamu juga perhatikan bagaimana setiap orang bekerja disini, bagaimana cara kerjanya, bandingkan dan ambil sisi positifnya”

Juga hal-hal lain yang sifatnya mengkritisi cara kerja di kantor. Tidak, bapak tidak membuatku memiliki sudut pandang yang buruk tentang orang lain. Bapak membuatku memiliki banyak perbandingan kondisi dan seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Sekali lagi, aku merasa beruntung.

Bukan hanya itu, apapun yang terpikirkan dan menjadi bahan obrolan kami, bapak selalu masuk dan memberi advice. Satu hal yang kuingat lagi, setelah kami menceritakan isi pikirna kami tentang rezeki penempatan, rezeki pindah ke jawa, jodoh, atau hal-hal di masa depan semacam itu, bapak dengan ringannya mengakhiri cerita panjang lebar itu dengan pesan,

“ngga usah terlalu dipikirin lah.. itu semua udah diatur kok dan menghampiri kita.”-ini soal rezeki, karena pindahnya beliau ke jawa adalah sebuah keajaiban.

“Ci, jangan terlalu berlebihan kalau urusan itu. Karena yg udah pasti pun, belum tentu sampai akhir. Secukupnya ajaa udah”-ini soal pasangan, karena bapak pernah patah hati padahal udah sampai step yg (kita rasa kemungkinan besar bakal jadi) cukup serius.

“Saran saya, kalau perempuan itu udah enak di B*S. Tinggal kamu jadi fungsional, banyakin nulis, suka nulis kan? Kerja secukupnya, ngga perlu berlebihan. Seimbangin urusan kantor sama rumah. Kalau mau kuliah lagi, kuliah.”-ini komennya ketika liat aku belum pulang jam set5, keliatan kaya hard work (dulu kan pengennya selesai di hari itu juga//padahal yes we know kerjaan tidak pernah selesai).

“Penempatan itu dinikmatin, jangan terlalu dipikirin lah sedih susahnya. emang susah sih, tapi anggep aja sambil jalan-jalan.”-ini ketika lihat kami tersenyum getir menghadapi penempatan.

“Ci, kalau jadi pelatih susenas itu… kalau jadi subject matter itu.. kalau ngisi kuesioner pas nyacah itu perlu gini.. kalau jadi P*K itu.. kalau..”-ini tentang kerjaan yang sepertinya tidak perlu dijelaskan, baiknya dialami hehe. Beruntung kan aku, sudah dapat spoiler oleh orang yang sudah jatuh bangun 10 tahun sebelum aku memulai semua ini.

Semua ceritanya kurang lebih tentang masa mudanya di kampus, masa penempatan, masa menjalani pekerjaan di penempatan.. Dan menarik. Dari semua ke”gokil”an bapak, aku jadi mengenal sosoknya di usia mahasiswanya, mengenalnya ketika awal penempatan, mengenal kegigihannya di tahun-tahun pertama penempatan. Sekaligus melihatnya menjadi staff seksi dan melepas banyak hal yang sudah dilewati di timur Indonesia, menyaksikannya menjawab telfon anaknya yang menggemaskan, mendengarkan cerita tentang anak-anaknya yang aktif memanjat pohon atauu berenang di laut lepas, tentang ibu yang membantu pekerjaannya. Ikut terharu dengan cerita anaknya yang bersekolah di SDIT dan secara tidak langsung bapak ikut belajar agama, hehe masyaAllah.

Ya.. akhirnya, aku ikut menyayangi apa-apa yang beliau ceritakan. Aku ikut tidak sabar menunggu rasanya penempatan. Aku bahagia sekali bertemu ibu dan alya dan alka. Sampai-sampai aku memeluk Alya, ah, tebakanku benar, Alya tidak akan sungkan dengan orang baru. Ketika dia sudah cukup paham, aku ingin mengatakan bahwa dia beruntung sekali menjadi anak ayahnya. Ayahnya keren sekali. Ayahnya memberi banyak hal dari ceritanya untuk tante Suci (wahaha tantee). Terimakasih ya Alya, sudah menjadi cermin untuk berefleksi. Seakan-akan aku bertemu dengan sosok bapakku sendiri dikala muda, pasti bapak tidak kalah keren dengan ayah Alya. Pasti aku akan bersyukur jika mendengar cerita-cerita semacam ini, dengan tokoh utamanya adalah ayahku sendiri. Ya.. begitulah.

Akhirnya, malam itu aku bertemu Alya. Dan aku senang sekali. Dia tidak sungkan kuajak bermain, berlari, tersenyum. Katanya, kakak mau jadi polisi! Wahaha, lucu sekali. Sepertinya aku akan rindu, beberapa tahun lagi semoga kita bisa bertemu ya kakak.. Tante jalan-jalan dulu.

--

--

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet