Bumi Allah
Selanjutnya, tanah yang di mana lagi yang akan kamu pijak?
Dengan menjawab pertanyaan itu, pada hakikatnya kamu tidak sedang memilih, kamu hanya sedang dipersilakan mencoba menebak takdir yang sebenarnyaa telah lamaa sekali digariskan, jauh sebelum buah kesemek pertama diciptakan di dunia. Jadi, jika tanah yang kau pilih belum juga kamu pijak, yaa karena sejatinya itu memang bukan pilihan, kamu hanya keliru menebaknya.
-Aulia FF-
Kamu tahu, dalam sebuah simulasi sederhana, tergabung 500 orang untuk menentukan tanah mana yang akan dipijaknya esok hari. Orang pertama akan memilih satu tempat yang disediakan. Selanjutnya orang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya hingga kuota di daerah tersebut penuh. Dan tidak hanya satu daerah yang bisa dipilih, ada 34 provinsi di Indonesia dan lebih dari puluhan kabupaten kota disana. Bayangkan berapa banyak kemungkinan yang bisa diprediksikan?
Lalu uniknya, pilihan seseorang yang ada di atas kita akan berpengaruh pada rentang daerah yang bisa kita pilih. Menarik bukan? setiap orang mau tidak mau akan menjadi saling bergantung satu sama lain. Seperti sebuah rintik hujan yang menetes di genangan air dan membentuk bulatan yang bergerak melebar, lalu akan beresonansi dengan tetes air lainnya yang turun. Dua gelombang itu akan bertemu, membetuk efek-efek lain yang bersinggungan dengan indah.
Bayangkan bila titik hujan itu adalah kita, manusia yang takdir dan jalannya sudah ditentukan Tuhan. Sama sekali kita tidak tahu bahwa garis takdir kita begitu bersinggungan dengan garis takdir orang lain, membawa gelombang yang saling bertemu dan berpadu dengan banyak jalan dari efek titik titik hujan yang turun. Sama sekali tidak tahu, sama sekali tidak tahu. Betapa rumitnya takdir, betapa banyak sekali skenario yang Tuhan ciptakan untuk kita hingga kita sama sekali tidak bisa ‘melacaknya’. Ah ya, sepertinya aku paham mengapa takdir menjadi rahasia illahi. Karena kita sama sekali tidak mampu untuk mengetahuinya, apalagi memikirkannya. Bukan kapasitas kita.
Dan selama ini, seringnya kita salah mengambil pekerjaan. Kita mengambil pekerjaan yang menjadi ranah illahi. Kita sibuk memikirkan apa-apa yang sebenarnya sudah dipersiapkan untuk kita. Kita hanya diminta berusaha dan bertawakkal diatas kepercayaan kita pada pemilik dan pengatur segala ketetapan. Ah, indah sekali nikmat iman dan nikmat ketenangan.
Semoga dimanapun kita, kita selalu berjalan bersamaNya, melangkah dibawah langitNya, berpijak di bumiNya dan selalu dalam rahmat dan keberkahanNya.
Mungkin memang harus dirimulah yang didatangkan kesana, karena Allah menunjukmu untuk mengubah apa yang ada disana, untuk menerangi bumi Allah yang Allah pilihkan itu.
Bismillah..
Penempatan.
#30DWCJilid28
#Day20