Hadir Sepenuhnya

Invisible Adventure
3 min readSep 18, 2021

--

Di belahan dunia manapun, hanya ada 24 jam dalam sehari. Untuk dirimu yang bekerja di kantor, maka waktumu akan terbagi menjadi 8 hingga 9 jam di kantor, 6 jam di rumah selepas kantor, dan sisanya waktu beristirahat. Realita yang terjadi, 9 jam itu hanya fiktif belaka. Kamu akan berangkat sepagi mungkin yang bisa kamu lakukan. Entah menghindari kemacetan, menghindari teguran bos tentang presensi, menghindari pertemuan dan kerecokan hati dengan manusia, atau menghindari kemalasan yang menyelimutimu jika tidak segera bangkit. Tapi jam pagi itu sungguh relatif. Jam 9 pun bisa dibilang pagi jika kamu melakukan banyak aktivitas sebelumnya, atau membutuhkan waktu untuk menata hatimu yang baru sebelum bertemu banyak hal di kantor, atau lainnya. Tetapi pagi selalu sama, sebelum hari kiamat menjelang, pagi tetap membawa hari yang baru.

Lalu kakimu membawamu menginjak satu persatu ubin kantor, membuatmu bertemu kenyataan dan menghadapi hal yang harus dihadapi. Matamu menangkap banyak wajah, atau mungkin tidak sempat melanjutkan dengan obrolan, kamu beralih pada layar monitor yang sudah tertata rapi di meja kerja dengan tumpukkan pekerjaan yang menunggu. Begitu seterusnya hingga sore menjelang. Tidak terasa waktu dan perhatianmu habis tergerus oleh layar monitor dan papan ketik, atau setumpuk dokumen dengan sisa-sisa hapusan pensil berserakan. Tidak menyadari apa yang terjadi di sekitar, atau memilih tidak menyadari.

Jam pulang sudah bisa dihitung menit, lalu barangmu segera dikemas. Akhirnya kakimu membawamu pulang. Dan sampailah badanmu pada pembaringan nyaman di ruangan pribadimu. Itu terjadi jika tidak ada pekerjaan yang menumpuk atau beban yang membuatmu memperpanjang dudukmu di kursi kantor hingga larut malam, memaksamu bertemu dengan jalanan yang gelap gulita, membelah kesunyian kota dibawah lampu temaram.

Begitu seterusnya, hingga perubahan setiap orang tidak kau sadari. Hingga seseorang memintamu berhenti dan berpikir, “Apakah hidupmu berjalan seperti ini?”.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Kesibukan latsar dan tuntutan pekerjaan diawal adaptasi membuatku mengerti, bahwa hidup di kantor itu tidak sama dengan membawa tubuh dan otakmu saja ke kantor. Tapi juga membawa hatimu didalamnya, hidup bersama orang-orangnya, menjalani dan hadir sepenuhnya didalamnya.

Benar jika ada yang bilang, hidup secukupnya saja di kantor, tidak perlu dibawa hati berlebihan. Akupun setuju, karena hatimu akan terkuras habis jika kamu menyimpan kantor didalamnya. Tetapi bukan berarti kita menjadi manusia robot yang tidak menghadirkan kehangatan didalamnya. Waktu kita banyak sekali habis di kantor, dan semuanya hanya sia-sia jika kita tidak memanfaatkan semua ini untuk jangka panjang.

Benar jika ada yang bilang, jangan terlalu terbuka dan percaya. Tetapi orang-orang itulah yang akan selalu kulihat sepanjang hari, sepanjang tahun. Jika belum berkeluarga, merekalah yang akan menjadi keluarga. Ada kesempatan untuk hadir dan menjadi sosok pengingat kebaikan dalam masalah-masalah yang bersedia mereka percayakan pada kita. Dan untuk itu, kita pun perlu tahu cara yang baik untuk menjawabnya.

Benar jika ada yang bilang, jangan terlalu mencampuri urusan orang lain. Tetapi inilah ladang pahala yang Allah pilihkan untuk kita. Dengan banyaknya dosa dan khilaf yang kita lakukan, apakah kita masih menolak untuk memberi dan memberi kepada sesama? Pertemuan dengan seseorang bukanlah kebetulan. Entah kita yang belajar dengan mereka, atau kita yang menjadi pembelajaran untuk mereka.

Akhirnya, aku tahu batasnya. Hanya pada Allah saja tempat berkeluh. Lalu tutup keluh itu, sembunyikan dihadapan manusia. Pasang wajah ceria sebagai identitas bahwa dirimu adalah muslim yang membawa kabar gembira. Berbagi bebanlah sebagai bentuk taawun. Tetapi satu-satunya yang dapat menjadi teman cerita tentang hidupmu, hanyalah Allah.

Hadir sepenuhnya, dimanapun berada. Pembatasan bukan lagi buah dari pikiran orang-orang yang paham tentang pembaharuan kondisi saat ini. Masuk ke setiap lini, lalu sebarkan kebaikan seluas-luasnya.

Terimakasih sudah berjalan dan tersenyum. Yuk mulai lagi.

--

--

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet