iki

Invisible Adventure
3 min readJul 4, 2021

--

Dalam satu perbincangan, abit bilang kalo aku bisa nyambung sama iki. Iki dan aku punya kepribadian yg bisa saling nyambung, karena abit ngerasa iki nyambung sama abit, jadi abit melihat kalo aku nyambung juga sama iki.

Saat itu, aku baru kenal iki. Atau mungkin sebenarnya dalam hitungan orang lain, itu udah termasuk “dekat”, karena curhatan kami bisa sampai nangis-nangis, dan kalimat-kalimat kami suka bikin nyesek terharu satu sama lain. Cuman emang garis takdir menjadikan aku dan iki bertemu di tahun-tahun terakhir perkuliahan, yang justru dengan ajaibnya menjadi waktu yang tepat satu sama lain. Saat itu aku melihat iki bukan lagi perempuan yg eksis, dengan kerudung tipis dan berinteraksi dengan banyak laki-laki, justru akhir tahun 2018 itu kulihat iki sebagai sosok yg selalu datang ke masjid kampus sebelum adzan, berdiam diri disana, sesekali menangisi hal yang tidak kumengerti, sendiri. Betapa ingin sekali menjadi dekat saat itu, entah hanya menghampiri atau bagaimana, tetapi aku tidak punya alasan yg tepat. Aku hanya melihat dia bersemangat ke masjid, mengikuti kajian, menambah waktu untuk belajar agama, mulai kulihat wajahnya di lingkaran pekanan di lantai dua masjid kampus itu, itu saja sejauh ini. Semuanya berjalan semakin alami setelah kami pendakian bersama, juga dengan abit saat itu. Aku benar-benar memiliki waktu untuk cukup mengenal iki. Ah ya, siapa sih yang tidak senang berteman dengan cewek hits di kampus? Ehm, tapi saat itu excited ku bukan tentang hits nya, atau cantiknya, atau kerennya iki dengan segala yg melekat pada dirinya. Hal yang membuat aku lebih tertarik saat itu adalah karena kata ica dan abit, iki lagi semangat memperbaiki diri. Aku menyambut itu dengan senang hati. Aku mengiyakan ajakan naik gunung hanya untuk menemani iki karena dia perempuan sendiri, aku ingin jaga, aku jawab seyakin dan sehalus yg aku bisa tentang pakai rok ke gunung waktu iki tanya. Aku temenin dia sampe entahlah, aku merasa ya aku cuma kebetulan dikasih kesempatan buat itu. Meskipun saat itu aku sadar, ketika aku mempersilahkan orang baru masuk dalam wilayah aku, aku mau ngga mau ikut tau masalah dia. Dan yaa begituuu… aku mendengar cerita-cerita yang bagiku, sangat sangat menampar. Ini seperti pertanyaan “bagaimana cara mengasah pisau” kepada orang dengan pisau yang sedang tumpul tumpulnya. Saat itu aku merasa lelah, lengah, tidak bersyukur atas banyak hal yang diberikan dan memang itulah waktu yang tepat untuk bertemu dengan iki. Iki dengan semangatnya yang membara, iki dengan tangisnya yg membuat hati terenyuh. Tahukah kamu apa yang dia tangiskan ? dia menangisi betapa sulitnya berhijrah diantara teman-teman yang belum berhijrah! Dan kamu, sebagai pendengar sedang dalam keadaan memaki teman hijrahmu dalam hati karena dia tidak kunjung menyelesaikan masalah kami. Ah, betapa halusnya cara Allah membuat dua hambaNya menyadari kesalahannya.

Bagiku, pertemuan dengan iki bukanlah hal yang sia-sia. Bahkan sungguh, aku merasa sangat beruntung menjalani posisi ini. Hadir ketika iki memang butuh teman dan tempat untuk berbincang. Dan diantara banyak sekali keterbatasanku, kutitipkan pada Allah dirinya. Aku tidak kuasa membersamainya sepanjang waktu, juga tidak mampu terus menerus membuatnya nyaman atau sampai mengikuti saran-saranku, tapi aku selalu mengingat semangatnya, mengingat caranya memohon pada Allah untuk dihindarkan dari zina, sangat menyayat hatiku yang saat itu justru sedang melonggarkan diri. Aku merasa iki reminder buat aku, dulu, kini, dan mungkin nanti.

Entah apa yang akan terjadi kedepannya, benang apa lagi yang membuat kami bersinggungan, atau cerita apa lagi yang akan kudengar darinya, pun kalimat apa lagi darinya yang mengubah keputusanku dalam hidup, akan kunantikan itu.. akan kunantikan. “Keep in touch ya cii”, katanya. Dan terimakasih pada Abit, akhinya aku tahu kenapa aku harus kenal sama abit. Mungkin karena abit akan mempertemukan aku dengan iki, sosok perempuan kuat yang luar biasa berkomitmen dengan apa yang dia pegang. Semoga Allah jaga kita selalu :)

--

--

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet