Gabisa naik motor?

Invisible Adventure
3 min readOct 19, 2020

--

“Kamu, gabisa naik motor Su?”

Pertanyaan itu kudengar dari lisan temanku yang dengan tiba-tibanya menampakkan diri di hadapanku. Saat itu kami tergabung dalam tim logistik dan salah satu pekerjaan kami adalah berkeliling mencari tempat-tempat yang bisa dipakai acara. Aku.. sempat bisa. Meskipun aku sendiri tidak yakin dengan kemampuanku. Lalu dengan ringannya kujawab, “kan ada kamu, yang bisa”.

Saat itu sejujurnya yang ingin kukatakan adalah “aku belum perlu kemampuan itu, lagi pula jobdesc mencari lokasi biasanya diurus ikhwan”

Belakangan ini pertanyaan itu kembali terngiang. Di saat kesempatan datang beriring dengan waktu luang dan tersedianya motor. Sangat beralasan juga untuk memulai lagi semua ini karena hampir setiap hari aku magang, dan butuh mengendarai sesuatu agar sampai lebih cepat.

Dan akhirnya, disini lah aku. Sepagi itu, melihat mobil dan motor mengalir deras tepat di depan mata seperti arus tiada henti, dari empat arah dan seakan-akan aku ditengah semuanya, diatas jok motor itu. Bingung. Aku tidak mengerti. Ingin bertanya, tapi ini sudah di jalanan. Aku perlu arahan. Sampai kapan aku menunggu arus kendaraan itu berhenti? Dari kiri melaju banyak sekali, ketika lengang, arah kanan sudah menjalankan gasnya. Sedangkan mobil motor di belakangku menunggu. Situasi terdepan ini membuatku semakin merasa perlu cepat-cepat mengerti kondisi. Apakah aku harus maju? Oh sungguh, lampu lalu lintas itu mati dan aku tidak dapat kode lain. Sampai akhirnya seakan waktu berhenti. Seakan aku sungguh asing ditengah keramaian perempatan jalan raya diwaktu berangkat kantor itu. Hingga akhirnya bapak polisi datang, menengahi semua. Memberi waktu untuk setiap arah melaju. Mengatur dan mengarahkan. Hingga akhirnya, bapak itu menggerakkan tangan dan wajahnya ke arahku dan memberi kode dan rambu bahwa aku bisa belok saat itu. Sungguh, aku merasa sangat terbantu. Tertolong. Terselamatkan. Kalau saat itu aku tidak melihat bapak itu, atau tidak mengerti rambu apa yang diberikan, sudah pasti klakson yang kuterima dari belakangku menyaut-nyaut kencang.

Lalu ditengah kondisi mengendarai itu, aku bahkan sempat memikirkan fungsi-fungsi dari komponen motor ini. Betapa terbantunya aku dengan kedua kaca spion yang terpasang cantik di kanan dan kiri. Membuatku merasa perlu untuk selalu mengecek kondisi di belakangku. Apakah ada pengendara lain atau tidak. setidaknya kalau aku lama, aku akan menggeser ke kiri dan memberi jalan agar tidak membuat orang lain menunggu. Tapi waktu tidak berhenti selama aku melihat spion. Jalanan didepanku meminta perhatian juga. Oh ya, benar. Tidak perlu terlalu lama melihat sesuatu di belakang. Ia hanya menjadi pengecek dan pengingat. Dan lalu, dikedua tanganku ada dua alat yang sangat berlainan tujuannya. Satu untuk bergerak dan satu untuk berhenti. Berpasangan. Kapan harus nge-gas, kapan harus nge-rem. Dan semua ini tidak bisa dipelajari hanya dengan teori. Perlu dilakukan, dimaknai, dirasakan. Merasakan semua elemen nya bekerja dan berpadu dalam fokusmu. Hingga dirimu sampai di tempat tujuan.

Sepertinya, hidup begitu juga kan?

Kita bisa berjalan kapanpun, tapi di setiap persimpangan kita perlu rambu-rambu yang memberi kita arahan yang benar. Rambu-rambu itu bukan hiasan. Bapak polisi juga bukan sosok yang ditakuti dan dihindari karena kita menghindari kesalahan. Sama seperti agama. Allah minta kita menjalankan hidup ini, dan lalu kita diberi rambu. Agama adalah rambu lalu lintas perjalanan hidup yang perlu kita pahami. Agama bukan hiasan, atau bahkan sesuatu yang dihindari. Bukankah kita meminta ditunjuki jalan yang lurus, lima kali dalam sehari?

Ternyata, perkara mengendarai motor saja benar-benar membawa banyak kesadaran. Alhamdulillah, sedang belajar mengendarai motor. Sedang belajar pula mengendarai diri dalam hidup. Belajar itu ternyata bukan perkara kita butuh atau tidak, tapi perkara mau atau tidak untuk memulainya. Karena setiap ilmu dan pembelajaran akan selalu kita butuhkan.

--

--

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet