Cinta ; Kekuatan Di atas Kerapuhan.

Invisible Adventure
3 min readFeb 14, 2021

--

Aku melihatnya, sungguh aku melihatnya.
Cinta adalah kekuatan di atas kerapuhan.

Hari ini, 14 Februari 2021. Hari Ahad. Hari di mana orang-orang bebas meregangkan otot-otot yang lelah selama hari-hari sebelumnya. Hari di saat kursi di bawah jendela dengan semilir angin dan cahaya yang memasuki celah jendela begitu memikat untuk disinggahi. Hari ketika stasiun televisi berlomba-lomba menyiarkan acara dan film keluarga. Bukan, bukan karena hari ini diingat dunia sebagai hari penuh cinta, tetapi karena hari ini hari Ahad. Hari istirahat dan bersiap menyambut Senin.

Tetapi hari ini, tahun ini Ahad pertengahan Februari-ku berbeda. Hari ini dia benar-benar menunjukkan hakikat cinta.

Sebut saja beliau adik ibuku, bule panggilannya. Seorang wanita muda yang ramah dan meramaikan suasana. Ketika aku kecil, aku mengenalnya sebagai sosok yang asik, mudah bergaul, cenderung keren, lebih milenial dibanding ibuku yang terpaut 2 tahun usianya. Bule saat itu punya dua anak, yang pertama laki-laki dan yang kedua perempuan. Seiring waktu, kekuatannya diuji. Bule ditempatkan Allah pada kondisi yang paling rapuh dari seorang perempuan, kehilangan pasangan. Ajal memisahkan tepat setelah dua anak perempuan lainnya lahir ke dunia. Jadilah kehidupan bule dihiasi 4 orang anak.

Kamu tahu? Aku percaya, kondisi dapat mendewasakan seseorang. jelas kulihat pada perubahan sikap bule yang lebih legowo atas segala hal. Pun lebih dekat dengan Allah karena bisa jadi bule merasakan tidak ada lagi tempat bergantung selain pada-Nya.

Sekian tahun berlalu dan aku semakin terenyuh menyaksikan bule membesarkan kedua bunganya itu dengan kasih sayang. Di tengah ketidak berdayaan hati, jelas sekali kulihat puing-puing semangat itu dikumpulkan perlahan olehnya. Semuanya semakin membuat punggungnya kuat menahan beban. Belum lagi si kembar itu sedang masanya minta diperhatikan, pun keduanya perempuan.

Pasti tidak mudah bukan? Kedua tangan yang rapuh itu, untuk mengelap air mata saja tidak mampu rasanya, tetapi tanggung jawab sebagai ibu tidak bisa menunggu. Bule menua lebih cepat.

Lihat, dua bayi mungil yang dulu kutimang itu kini sudah lebih lincah dariku. Mereka mendaki bukit dengan semangat, seakan tangga melelahkan itu adalah taman bermain mereka. Di sisi yang lain, kulihat pula bule yang sedang kepayahan mengimbangi langkah anak-anaknya. Usianya kepala empat, tapi jangan dibandingkan dengan rutinitas sehari-hari yang sama saja menguras keringat, mendaki pasti sangat melelahkan baginya. Tetapi saat itu, tetap saja bule melakukannya. Seakan menjadi kuat di atas kerapuhan, yang baru akhir ini kusadari betapa banyak pengorbanan yang bule berikan untuk anak-anaknya. Bule menjadi kuat diatas kerapuhannya, menjadi kuat karena cinta.

“yang penting mereka juga ngerasain lah seneng-seneng nya, sekali-kali” begitu kata bule.

“iya aku seneng banget hari ini teh” jawab adik kecilku dengan pelukannya.

Ah iya, kini mereka kelas 1 sekolah dasar. Kurang lebih usianya 6–7 tahun. Tetapi bisa kupastikan, sekecil itu mereka sudah memahami arti cinta. Kasih sayang sang ibunda. Mereka bisa merasakannya dengan jelas, menyatakannya dengan lugas, memeluk ibunya dengan luka yang sama.

fawatsiqillahumma raabithotaha..

#30DWCJilid28
#Day14

--

--

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet