Keliling Dunia
Kamu tahu, salah satu cita-citaku adalah berkeliling dunia.
Hampir tidak mungkin rasanya untuk terwujud, karena entah saat itu aku merasa hanyalah seorang anak dari kota kecil yang bersebelahan dengan kota metropolitan. Sangat jauh dari gedung tinggi dan perumahan elit. Setiap hari yang kulihat hanyalah kereta api, tut tut.
Lalu sekejap saja, semua menjadi mungkin. Melihat gedung tinggi menjadi mungkin, melewati pemukiman elit jadi hal yang biasa. Bahkan hidup di kota tersorot se-Indonesia, Ibu Kota. Yaa, meskipun di timurnya, bukan di pusatnya.
Lalu sekejap lagi, mungkin, akan ada pintu yang membawa pada kenyataan yang lebih dekat dengan mimpi itu. Akan ada pintu yang bisa membawaku menapaki kaki ke tanah lain, melihat awan di tempat yang lain, menghirup udara pagi di belahan bumi yang lain.
Rasa. Ibukota, titik negeri, membuatku mencicipi banyak sekali rasa. Menemukan banyak sekali sudut pandang yang medewasakan. Entah nanti, jika aku diberi kesempatan untuk datang ke titik dunia. Seperti apa rasanya? Entah.
Sejujurnya, bagiku, kita hanya sedang mencari. Bertemu satu dua orang dalam hidup, lalu kemudian mereka pergi. Kita hanya sedang berkelana, dan sepertinya tidak perlu berkeliling dunia untuk menemukan tempat berhenti. Kalau sudah ketemu, seisi dunia sepertinya hanya sedikit dari apa yang kita temukan.
Kamu tahu pohon? Ada berapa banyak di hutan? banyak bukan?
ya seperti itulah manusia, banyak sekali, dan bermacam-macam. Welcome to the jungle, katanya.
Dan bagiku, ketika sudah menemukan orang yang tepat, duniamu akan berputar disana.
Kini aku tahu, duniaku begitu dekat, dan aku sudah mengitarinya berkali-kali. Dan aku tidak akan berhenti, sampai duniaku berganti, menjadi dunia kita.
Bukan gombal kok, hanya ingin bilang : cari orang yang se-frekuensi itu susah. Tapi kalau udah ketemu, rasanya semua hal tentang dunia bisa dibahas dari a sampai z. Saat itu sih sefrekuensi, tapi ngga tau ya orangnya merasa juga apa engga (: