Mengalahkan Keegoisan
Konsisten adalah bukti keseriusan. Sekian hari dalam tempaan, sekian beban yang menghimpit, ternyata bukan menjadi akhir dari segala peluh yang mengucur, tapi justru menjadi awal dari pembuktian yang sebenarnya.
Sore ini kubuka lagi buku kuning itu. Mengamati guratan tangan yang membekas pada kertasnya, menyentuh sisi kasar buku yang robek karena sering dibawa, menyadari sisa-sisa tanah yang masih menempel pada beberapa halaman, dan juga menelusuri jejak-jejak peristiwa yang terekam didalamnya. Banyak sekali, sekian hari yang akan dibuktikan dengan penerapan di lapangan. Bukan hanya menguji ilmu, tapi juga menguji ikatan.
“Kamu bukan beban, kamu hanya belum terlatih”, katanya saat itu. Apa itu bualan agar tetap semangat? entahlah. Tapi mendengarnya membuatku merasa termotivasi, kalimat itu terdengar begitu tulus, menyimpan kepercayaan.
Menyerah adalah keputusan terburuk seumur hidup.
Ditengah batas ketidakberdayaan diri, dihadapkan dengan berbagai ketakutan, dan diposisikan dalam keadaan yang menguji kekuatan tekad, seseorang bisa sangat terlihat sifat aslinya. Sisa air dalam botol itu, menjadi refleksi bahwa seseorang mempunyai kadar empati yang berbeda. Dan sepertinya, dalam situasi yang menghimpit itu, kita akan segera tahu mana saja hati yang siap berbagi, mana saja jiwa yang rela berkorban. Situasi itu menguji keegoisan, membuat kita mampu mengalahkannya atau terkalahkan olehnya. Ini baru perkara air, belum hal lainnya yang harus siap dibagi.
Tulisan itu berhenti pada halaman tengah, menyisakan halaman-halaman kosong setelahnya. Kosong. Karena yang terjadi setelahnya, bukan lagi sesuatu yang cukup untuk sekadar dituliskan. Tapi juga dirasakan, dialami semuanya langsung, dipahami semuanya langsung.
Menjadi petualang sejati.
#30DWCJilid28
#Day5
#GPACheby