Invisible Adventure
2 min readDec 13, 2021

Mengapa menangis?

mengapa menangis? sebenarnya apa yang tengah dirasakan di kursi itu?

gaun putih mbak dhanty saat itu menutupi banyak air mata yg mengalir di pipiku, saat itu yang kurasa adalah haru. seakan tidak ingin melepas sosok yg tengah kupeluk saat itu, meskipun nantinya dia akan berjalan bersama seseorang yg amat kupercayai, kak hisbul. Sepertinya itu yang kuingat dari kursi putih panjang yg mereka duduki di Semarang awal tahun ini.

Bulan ini sepertinya banyak undangan, 3 dari kenalan kuliah, 3 dari kenalan kantor. Btw disini bau rokok, besok besok kalo aku bikin acara, aku mau bikin ini no smoking. Asap itu menempel pada seluruh kain yg melekat padaku, membuatku sesak. Entahlah, semoga nanti acaraku tidak menyulitkan orang yg tidak bisa berdamai dengan rokok seperti ini.

Btw lagi, hidup di kampus yg heterogen dan bertemu banyak anak sumatera bikin aku punya mindset kalo sumatera itu daerah yg kaya. Lebih ke kekayaan budayanya sih maksudku. Dan sempat terbersit kayanya bagus ya kalo nikahan pakai adat sumatera, mewah gitu dan berwarna cerah dan terang. Yaa.. undangan pernikahan yg kesekian kali kudatangi di tanah sumatera ini membuatku melihat sedikit realitas dari apa yg kubayangkan. Setidaknya benar kurasa, selain makanannya yg kaya rempah, dekorasi indah dan mewah, tidak ketinggalan lagu bersenandung melayu yg khas.

Tapi akhirnya aku menyadari, sepertinya yg kuimpikan tetap baju adat hitam emas dengan nuansa melati dan ketenangan khas Jawa. Sudah lama tidak pulang, apakah sekalinya pulang langsung nikah? Wkwk.

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet