Muezza
kucing Rasulullah
Sore itu, Aul berhenti. Mengamati makhluk kecil ditengah jalan dengan mata berbinar, kelaparan.
“Kalau matanya besar bulatan hitamnya, berarti dia lagi lapar Cik,”. Begitu katanya. Lalu dia mengeluarkan sosis siap makan dari ranselnya dan berjongkok di depan makhluk itu, mengusap kepalanya perlahan dan “berbicara” dengannya.
“Lapar ya cing? sini sini, sedikit dariku”, sepotong sosis itu dia ulurkan di tangannya. Perlahan-lahan kucing itu menghabiskan makanan, menjilat-jilat jari Aul hingga Aul merasa geli.
Hanya beberapa menit, tapi dilakukan setiap kami melewati jalan itu di sore hari. Sore hari dengan beban berat di hati, sore hari dengan peluh di raga, sore hari dengan kelapangan yang baru kita rasakan dalam majelis ilmu.
Aku tidak mengerti bagaimana cara hati bekerja pada binatang, tapi seakan merasa ketulusan yang Aul berikan tersampaikan padanya. Biarlah saat ini dia hanya ber-miaw miaw tapi semoga nanti dihadapan Rabbnya, dia menjadi saksi ketulusan hati Aul.
Terimakasih, sore hari di jalan dawel.