mungkin karena prioritas, mungkin karena kamu sudah memilih

Invisible Adventure
4 min readOct 31, 2021

--

hari ini hari ahad. hari orang-orang kantor libur. hari ini justru jadi hari yang aku tunggu-tunggu buat ke kantor, karena pc kantor, sinyal, dan keheningan bisa aku nikmati berlama-lama. singkatnya, laptop dan jaringan tidak tersedia di rumahku yang nyaman itu, jadilah ke kantor.

dan lalu, lagi-lagi aku mendobrak batas.
banyak pekerjaan itu sebenarnya membantu sih, membantu kita lari dari rasa kesepian. membuat malam kita benar-benar kita gunakan untuk istirahat dan gaada lagi waktu untuk berpikir tentang hal yang belum perlu dipikirkan. tapi luangnya pekerjaan juga memang dinantikan, kan?
aku… lagi-lagi lebih memilih untuk bergerak, daripada pikiranku yang bergerak dalam tubuhku yang diam.
aku tahu, sabtu ahad itu aku akan di rumah dan tidak banyak melakukan apa apa. selain karena buku-buku yang ingin kubaca sudah terbaca, juga karena tidak ada teman bicara. Sesederhana bisa browsing ilmu baru di internet pun tidak bisa karena sinyal. Lalu ada kegiatan yang justru itu jam 6 pagi dan perlu sinyal internet, dan lagi-lagi aku iyakan.

lalu jadilah sepagi itu kuketuk pintu kak aisyah, dan pagi ini ketika pintu ka aisyah belum terbuka, bapak satpam kantorlah yang jadi tujuan terusik di pagi buta.

Kantor, 05.45 WIB.

sepi, iya jelas sepi. lalu kunyalakan pc dan masuk ke google meet, bertemu wajah-wajah yang sedang membahas surah Maryam. Pengisinya adalah seseorang yang membuatku hampir kesal karena slow respon menanggapi pesananku untuk membeli bukunya. Beliau membawakan topik adab sebelum ilmu, dan lalu aku banyak sekali terhenyak, banyak sekali. Sepertinya orang ini akan menjadi salah satu orang yang membuatku semakin mencintai Al Qur’an.

Sudah jelas aku belum mandi, karena tadi malam mengikuti mukhayyam qur’an di ruangan atas sebuah toko kerudung bermotif ungu. Yaampun, rasanya seperti ditarik ke masa lalu, ditarik lagi ke ruangan besar nan padat di pinggir kota Depok, yang harus dilalui dengan berdesak-desak di trans jakarta dan krl jabodetabek. Tapi itu semua terhapus dengan pemandangan terharu ketika setiap orang benar-benar tidak melepaskan kitabnya dari tangannya. Aku.. sangat sangat minder saat itu. Dan perasaan itu muncul lagi saat aku duduk di lantai toko kerudung itu. Kali ini perasaan itu disambut dengan rasa syukur, alhamdulillah aku merasakannya lagi. Bertemu orang-orang yang sepertinya hidupnya hanya qur’an dan qur’an.. dan masyaAllah.. tenang sekali sorot matanya. Belum lagi dengan ibu-ibu yang membawa serta anak balitanya, aku punya banyak sekali contoh ibu peradaban. Maka demi pertemuan itu, berangkatlah lepas shalat maghrib, bergelutlah aku dengan perasaan itu, dan bertebal mukalah aku menjadi seseorang yang asing dan pertama kali disana. tapi tidak apa, sungguh tidak apa. Saat itu aku merasa ingin pindah saja sekalian kesana! eheh.

Aku sempat kembali ke rumah, untuk sarapan dan mandi.. jelaslah aku mandi -_-. Sarapan buah dan lalu entah.. rasanya nikmat sekali.. berangkat lagi ke kantor karna ada zoom yang aku ikuti. Sejujurnya zoom ini sangat menyiksa. Dengan sadar satu bulan yang lalu aku mendaftar, dengan niat ingin merampungkan pikiranku tentang “step selanjutnya dalam hidup, means pernikahan”. tapi beberapa pekan kemudian, adikku bercerita tentang rumah dan itu membuatku merasa ingin lebih banyak waktu untuk berbicara dengan orang tua. Hmmm, kalut, takut, cemas, khawatir. Bagaimanalah rasanya menghadapi webinar dengan topik yang sangat tidak ingin kamu dengar (tapi sudah terlanjur bayar wkwk) itu? yasudah.. jalani saja kan
toh ternyata, pada akhirnya dari seminar itu aku berkali-kali menemukan jawaban atas risau-risau itu. yang intinya, “sudah, tidak usah terlalu dipikirkan. Dalam keterbatasanmu saat ini, kamu siap”. mmm, oke. Dan juga beberapa kalimat yang sepertinya membasuh kekhawatiran atas rasa innerchild yang sejujurnya bisa dikendalikan, “mama, papa, itu ada dalam jaminan Allah”. aaaaa, itu seperti menjawab banyak sekali cerita yang belum tertuliskan. dan yaa.. saat ini rasanya sudah.. yasudah.. begitu lapangnya pikiran ini.

Kantor, 14.00 WIB

agenda selanjutnya, masih depan monitor yang sama, bertemu dengan pejuang qur’an dari rumah yang sama, BPS. disini aku bertemu orang-orang keren selevel kepala bps yang ikut menghaval. Ya.. hmmm oke gow deh. Tapi bukan itu yang membuatku bertahan, yang membuatku semakin menguat adalah perkataan mba ina, salah satu senior pengurus masjid bps, she say “ada ataupun gaada tambahan ayat, datang aja dulu.. itu yang membuat kita menguat”. dan karena aku sudah pernah menjadi orang yang “hilang dari peradaban” di rumah qur’an, yang berkali-kali datang dan pergi serta malu menyelimuti, aku tahu jalan itu bukan jalan yang tepat. Maka jadilah.. ada tidak ada ayat yang bisa kusetor, aku datang. Hanya haha hehe pun pernah, setidaknya murojaah. kalaupun berat, setidaknya ustadzah mendikte, kalaupun juga berat, setidaknya kamu mendengar teman lain setoran. yasudah.. begitu lapang ternyata kalau kita ikhlas. Lalu dari keihklasan itu harusnya tumbuh rasa untuk berlari mengejar.. rasa-rasanya aku ingin sekali menambah amal kebaikan, ingin sekali membersamai orang-orang keren ini di surga. hmmm

lalu.. yaaa here i am.
masih di kantor, mencoba menuangkan semua rasa dari agenda yang terleati hari ini. Dan rasanya, ingin sekali kukatakan.. mulai saat ini, aku tidak ingin menjadikan al qur’an ada dalam list bawah di urutan kesibukanku. Justru ketika qur’an disimpan diawal, yang lain nurut banget. Dan rasanya lapang..
ya Allah.. terimakasih atas nikmat ini, bantulah kami untuk menjaganya.

terimakasih sudah memilih suc, semoga Allah mudahkan

--

--

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet