Partner Kerja Seumur Hidup
Aku adalah tipe orang yang suka memanajemen. Terlebih memanajemen manusia. Tahun pertama dan kedua kuliah terlampau padat, hingga terbiasa mengolaborasikan timeline dari tiga bulan sebelumnya. Beserta to do list pekerjaan bulanan, pekanan, harian. Tidak lupa juga to do list pikiran dan hati. Memastikan agar hatiku tidak terisi oleh yang tidak-tidak-setidaknya saat itu. Terdengar tidak menyenangkan ya? Segalanya diatur dan dipersiapkan, tidak fleksibel dan terbuka pada pilihan-pilihan. Bukan begitu sih, hanya saja aku menemukan rasa lega ketika menerima hasil dari proses yang sudah maksimal disiapkan, dan lalu bisa bersantai-eh.
Kehidupan organisasi membuatku bertemu dengan banyak sekali jenis manusia. Bermacam-macam perangainya. Melelahkan, tapi sekaligus menyenangkan. Menemukan kesadaran-kesadaran baru dari tiap pertemuan dan cerita. Menantang diri untuk bisa menaklukkan sifat yang sungguh -betapa menyebalkan sekali- unik dihadapi. Tapi aku semakin mengerti, sosok seperti apa yang mudah diajak kerjasama. Semakin memahami dan membentuk filter diri, dengan sosok seperti apa akan kutemukan frekuensi yang sama.
Sebuah proker itu dirancang dengan berbagai pertimbangan, disiapkan dari berbagai sisi. Mulai dari menentukan tujuan, merancang acara, mengakumulasi kebutuhan pendanaan, barang, jasa, dan yang terpenting mendapat persetujuan para penanggung jawab. Lalu akhirnya, proker itu dieksekusi semaksimal mungkin. Dicatat evaluasi dan masukan dari berbagai pihak ketika menjalaninya. Dan dibuat laporan pertanggungjawabannya. Sangat memudahkan ketika partner kerjamu memiliki frekuensi yang sama denganmu. Tidak perlu kesulitan menyamakan ritme, pola pikir, tindakan dan cara kerja, sikap dan perilaku. Dan lebih keren lagi jika sudah se- frekuensi, satu tujuan pula! Seakan rasanya perahu amanah itu siap melaju dengan kekuatan internal yang penuh, bukan melaju masing-masing. Menghadapi badai dengan siap, meskipun kapal masih bolong satu dua, tapi mereka tahu, ketika bersama, mereka punya kekuatan dua kali lipat, tangan mereka bekerja lebih cepat, otak mereka berpikir dua kali lebih keras, hati mereka hidup, membaca situasi dengan baik, dan menguatkan.
Satu dua sosok Allah datangkan padaku, sepertinya untuk menunjukkan bagaimana kombinasi kepribadian yang memudahkan bagiku ketika menjadi partner kerja. Tapi semua punya masanya. Ketika periode selesai, berakhir pula ikatan koordinasi itu. Tidak apa, memang manusia datang dan pergi. Setidaknya, partner kerja itu membuatku memiliki gambaran dan kriteria partner kerja yang baik. Membuatku berkaca dan berefleksi, sudah menjadi partner kerja yang baik atau belum kah aku selama ini.
Program kerja selanjutnya, mungkin akan segera kuketuk.
Program kerja yang melibatkan banyak sekali peran. Menyatukan banyak sekali kepribadian. Memotong jarak perbedaan. Dan semoga memperkuat program kerja yang lebih tinggi lagi.
Program kerja yang periodenya tidak bisa kutentukan, dengan partner kerja yang tengah dipersiapkan.
Program kerja yang dampaknya akan mengalir padaku, saat maupun setelah aku menyelesaikannya.
Program kerja yang bukan hanya dijalani oleh dua orang yang dipertemukan, tapi juga dijalani oleh dua keluarga.
Program kerja yang bukan hanya menghidupkan satu mimpi dan cita-cita, tapi dua mimpi dan capaian besar.
Program kerja yang segala persiapan, sarana, waktu, dan semua detailnya sudah Allah tentukan.
Maka untuk program kerja itu, kuangkat tanganku untuk meminta pada Allah, dibersamakan dengan partner kerja yang baik, yang tepat. Partner kerja seumur hidup.
Selamat mempersiapkan diri, hai partner! Kita akan merumuskan dan mencapai proker yang luar biasa, yang pertanggungjawabannya langsung pada Allah. Aku bersedia menjadi pengelola urusanmu, keuanganmu, isi rumahmu, pikiran dan perasaanmu atau lainnya. Mari kita bicarakan semua itu dengan jelas, agar kamu merasa tenang. Menjadi sekretarismu, BPH, bendahara, atau bahkan alarm mu. Mari kita rapikan perahu layar kita. Tetaplah fokus mengemudikan kapal, memastikan kita berlayar ke arah yang benar. Tidak perlu repot-repot membayarku wahai partner, selain tanggungjawab masing-masing pastinya, itu semua tidak apa kulakukan. Asalkan bayarannya keridhaanmu atas itu. Agar surga yang kunantikan itu bisa kuketuk dari pintu manapun. Entah aku, atau kamu duluan nanti yang akan bertemu penanggungjawab kita. Tapi tidak apa, kita akan bertemu lagi. Ah ya, itupun jika aku diberi kesempatan untuk menjalani prokernya. Aku tidak tahu mana yang datang lebih dulu, kesempatan menjalankan proker ini atau kesempatan bertemu denganNya. Setidaknya saat ini, tetap menjaga ikatan denganNya, sambil mempersiapkan.