Passion?
Hatiku bergetar ketika seseorang menyukai apa yang sudah kulakukan saat itu. Perasaan itu begitu melegakan, membanggakan, memenuhi hatiku dan entahlah seakan diriku sudah menghasilkan maha karya dengan seluruh kemampuan yang kupunya. Aku tidak tahu untuk apa aku melakukannya, tetapi barangkali itu namanya passion?
Seseorang mengatakan padaku bahwa passion adalah semacam perasaan yang sangat kuat terhadap sesuatu, hingga seseorang bersedia melakukan apapun meski dengan pengorbanan yang cukup besar. Passion disebut juga “gairah”. Selama ini kuanggap passion tidak jauh beda dengan hobi. Ternyata dia tidak sama dengan hobi, passion lebih kepada aktivitas produktif sedangkan hobi lebih kepada aktivitas konsumtif.
Seiring berjalannya waktu, sebenarnya kita akan terus mencarinya. Dalam cerita hidup kita, kita akan selalu berjalan dan melangkah lebih jauh, bertemu dengan lebih banyak orang dan memetik lebih banyak makna. Kita tidak jarang menemukan diri kita berada dalam suatu kegiatan yang mengasyikkan. Tetapi lambat laun kita akan kembali kepada apa yang menjadi panggilan jiwa, passion kita.
Ternyata kini bisa kulihat passion dan hobi dengan cara yang berbeda.
Passion : desain, seni, dekor, menulis, berbicara
Hobi : baca buku, mendengarkan cerita, menyimak film, berdiskusi, mendaki gunung
Sudah menemukan perbedaannya? Coba tanyakan pada dirimu..
Dan jika kita sudah menemukan passion kita, dengan segera kita akan menemui real path kita. Jalur nyata kita akan terbentang dan kita dengan sepenuh hati akan siap melaluinya, atau jangan-jangan tanpa sadar sudah kita lalui.
Suatu kelas di pertengahan Februari kemarin membuatku menelusuri passionku dan ternyata beginilah caranya menemukan passion terbesar kita :
1. Tanyakan kepada teman terdekat, selama ini dia mengenal kita sebagai siapa? sosok yang seperti apa? jago apa?
2. Lihat koleksi buku dan film yang kita baca atau tonton, mayoritas bergenre apa?
3. Selama ini kita mengikuti dan terlibat dalam komunitas yang bergerak di bidang apa?
4. Jika sedang terdesak, skill apa yang kita miliki dan dapat menghasilkan uang?
Dan ketika kucoba menguaraikannya, membaca diriku kembali dan menerawang lebih jauh apa yang menjadi passionku, ternyata kutemukan bahwa aku :
- Aku menyukai perencanaan dan merencanakan.
Aku berani bermimpi dan bercita-cita besar.
Aku adalah seseorang yang perlu persiapan sebelum tampil.
Aku mampu mengemas ulang makna dari peristiwa.
Temanku bilang, aku orang yang memiliki kepintaran interpersonal. Kamu tahu kepintaran interpersonal itu seperti apa? Semacam ESQ.
Katanya, aku mampu menggaet hati orang lain.
Katanya, aku dapat mengarahkan orang lain tanpa mereka merasa sedang diarahkan. Hmm, canggih juga.
Katanya, aku memiliki jiwa kepemimpinan, melihat dengan hati,
detail, perfectionis, mampu berbuat lebih jika sudah serius dan fokus ke suatu hal, mampu brainstoring dan memahami lebih dalam hingga masuk ke logika, memiliki jiwa seni dan literasi yang tinggi : tata letak, desain, merangkai kata dan menulis, pintar mengambil solusi. Dan lain sebagainya yang sepertinya akan membosankan jika diceritakan dengan cara seperti ini.
Tetapi ada satu orang yang kutanyakan saat itu, lalu dia menjawabnya dengan sungguh-sungguh. Katanya, dia mengenaliku sebagai orang yang mampu menyampaikan rencana ke orang lain, fasilitator yang baik dari satu orang ke orang lain untuk organisasi/ mendamaikan hubungan orang-orang. Jago membuat tulisan berkonteks ajakan, pembaca mau mengikuti yang dibilang ditulisan itu. Mampu bertemu banyak orang tanpa terkuras energi, mampu melihat banyak sudut pandang orang tanpa merasa menjadi kerdil.
Tahap pertama ini membuatku sadar, banyak sekali potensi yang bisa mengalirkan pahala. Bukankah itu bekal dari sang Pencipta? Duh, sudah sejauh mana aku mengelola itu semua? - Buku-buku koleksiku
Rak buku di depanku seakan menatapku penuh tawa, sembari mengatakan bahwa betapa bodohnya aku jika aku tidak menyadari passionku. Lihatlah, buku-bukuku didominasi oleh buku bergenre motivasi islami dan manajemen diri seperti Ubah Lelah Jadi Lillah, Menjadi pribadi yang selalu beruntung, Awe Inspiring Me, Reclaim Your Heart, buku-buku ahmad rifai rifan, How To Master Your Habit felix xiau
motivasi dekat dengan quran karya Abdul Aziz Abdur Rauf, buku bergenre scholarships seperti selaksa cita, dan sebagainya.
Bergeser pula aku pada jajaran buku lainnya, buku bergenre kepemimpinan karya dea tantyo dan John Maxwell menyapa mataku. Belum lagi buku sejarah para tokoh seperti sirah nabi buku karangan Tasaro, sejarah Majapahit, Padjajaran dan buku biografi seperti kehidupan sahabiyah, Hj Athirah Kalla, Maryam Badiuzzaman. Ah semuanya belum lengkap jika tidak ada koleksi buku pengetahuan islam seperti Wanita Berkarir Surga karya Felix Xiau, Bersama Allah setiap hari, Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah, fiqh, bahasa arab,mereka berjajar rapih melengkapi genre lainnya. Tidak lupa pula buku pengetahuan umum seperti sosiologi, manajemen manusia, tanaman obat , metodologi statistik, seri tafakkur alam tadabbur ayat, geografi. Dan yang selalu terisi, genre fiksi karya Asma Nadia dan Tere Liye.
Belum cukupkah untuk membuatku mengenali diriku sendiri? - Komunitas/organisasiku
Dakwah, sejujurnya lingakaran kebaikan ini adalah anugerah bagiku, setelah dianugerahi nikmat iman dan islam. Ternyata empat tahun terakhir berkegiatan di kampus membuatku melihat polanya, tidak jarang “sumber kekuatanku” kudapatkan dari kegiatan mengajar dan berbagi, memanajemen organisasi, menyusun timeline dan perencanaan, melakukan kepedulian terhadap sesama, belajar dan mengajarkan quran.
Lalu kucoba cek pula apa saja grup yang kuikuti selama pandemi ini, ternyata komunitas kepenulisan, komunitas penelitian, pelatihan desain, pelatihan mengasah dan mengembangkan softskill , public speaking, desain, pelatihan kepemimpinan dan lain sebagainya yang memenuhi agenda harianku.
Tidak lepas juga dari ikatan dan relasi dalam organisasi pecinta alam, organisasi islam bagian pengelolaan keuangan dan lain sebagainya yang masih mengikat hingga saat ini.
Ah, ternyata sudah jauh aku berjalan menelusuri diriku sendiri. Tapi terkahir, ini yang terakhir. Nomor 4 begitu membuatku berpikir dan menemukan peluang! - Ternyata dalam kehimpitan kondisi dan keterbatasan keadaan, aku pernah menciptakan produk berupa karya seni, lukisan abstrak menggradasikan warna, mendesain dan membuat kalender sendiri, menghias daily book sendiri, mengajar anak sd, mengisi kultum di SMA, membuat buket bunga, menginisiasi dan mengelola serta memproduksi danus makanan. Sejujurnya mengenai danus makanan itu, memang begitu terhimpit kondisinya. Saat itu keuangan organisasi sudah tercekik. Waktu pun seakan tidak mendukung, libur panjang membuat kawan seperjuangan memilih untuk pulang. Namun, ada peluang dan pasar yang kutemukan dalam moment wisuda itu. Pada akhirnya keberanian lah yang membuka banyak kesempatan untuk berusaha, hingga akhirnya pertolongan dan kekuatan pun datang menghampiri. Jadi sepertinya kuncinya adalah berusaha dana mencoba saja dulu.
Ternyata sudah mengerucut ya, jadi sepertinya passionku adalah…..
Sudahlah, sebenarnya sebelum menginjakkan kaki di dunia perkuliahan pun kita sudah tahu. Kita hanya sedang mengasahnya selama ini. Sadari saja, sadari saja.
Sadarilah, lalu gunakan keunikan itu untuk melengkapi puzzle keunikan yang orang lain punya. Gunakanlah keunikanmu itu sebagai bentuk kebermanfaatan yang membawamu ke surga.
#30DWCJilid28
#Day15
#Passion