Pengembangan Diri Tertinggal
Sebuah kegiatan besar yang melibatkan 80 panitia dilakukan di kampusku setiap liburan akhir semester. Kegiatan itu bertujuan untuk membangun dan mengembangkan desa-desa di wilayah Jawa Barat yang terbilang cukup tertinggal daripada desa yang lain. Beberapa kegiatannya cukup menarik, karena hanya bisa dilakukan di tempat lain selain di kampus, tidak seperti kegiatan mahasiswa pada umumnya. Yang kutahu, setiap tahun selalu ada agenda utama, misalnya membangun MCK atau mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lain. Mulia sekali bukan?
Bagiku, kegiatan ini bukan hanya event tahunan yang seru. Kegiatan ini ajang berbagi pahala yang amalannya mengalir. Kamu tahu? Berapa banyak tangan yang ikut membangun MCK dan mengalirkan air itu? Berapa banyak kepala yang ikut menyusun dan memikirkan? Bahkan pun seorang bendahara, yang tidak turun langsung ikut membangun, dia juga kebagian pahalanya (insyaAllah, semoga Allah memberinya kebaikan). Bahkan pun seorang fotografer, mendokumentasikan apa-apa yang dilihatnya, bukankah dia menjadi saksi atas hal baik yang dilakukan orang-orang? bahkan dari tangannyalah kebaikan itu disebarluaskan.
Bagiku, PDT bukan hanya rangkaian kegiatan yang membuat kita terisolasi di sebuah desa. Bukan hanya membuat kita terlepas dari sinyal dan kerumitan hidup di Jakarta. Bagiku, PDT adalah ajang mengembangkan diri, mengembangkan pikir, mengembangkan hati.
Percuma kawan, sudah ikut PDT tapi tidak mampu merasakan apa yang dijalani. Cukup membuka hati untuk menyadari ketulusan yang tersebar sedari kita menginjakkan kaki di sana. Kepekaan, kontribusi, amal jama’i itu semua bukan lagi menjadi teori tetapi sudah berupa bukti yang membuat tersenyum hati.
Semoga kita menyadari bahwa rangkaian kegiatan itu memberi makna, bukan hanya sekadar agenda silih berganti yang perlu dituntaskan hanya karena beban kewajiban. PDT memberiku kesempatan untuk menyentuh realita dan menambah syukur dengan cara yang luar biasa.
Soal pengembangan desa, coba saja datang dulu ke suatu desa. Lalu lihat, betapa hidupmu punya banyak sisi untuk disyukuri jika dibandingkan dengan hidup belasan anak atau puluhan remaja disana. Syukurilah kesempatan yang kau dapatkan selama ini, kesempatan yang tidak pernah bisa menjadi pilihan bagi mereka, karena keadaan.