Seperti dikejar, dan aku takut
Sore kemarin, kakak pembimbingku mengirimkan gambar berisi pesan “tsadest”. Kakak ini, secara sengaja Allah takdirkan untuk memiliki garis takdir yang sama denganku di kampus. Pecinta alam, ketua rohis, dan menjadi anak dari dosbing yang… keren! Aku tidak mengerti maksud tsadest, tapi keriuhan grup lain dengan gambar yang sama, cukup membuatku paham. Oh tidak, alarm itu berbunyi.
Dosenku ini luar biasa. Pertemuan kami yang pertama kali bahkan di tahun terakhir aku berkuliah. Tapi aku tahu, perjalanan hidupnya akan kutapaki bagai catper yang dibaca sebelum perjalanan.
Persis, seperti yang kuminta. Detailnya begitu menakjubkan. Aku selalu terkesan dengan latar belakang dan pemikiran seseorang. Maka agar aku menerima takdir menjadi anak bimbingannya, kucari tahu semua tentangnya agar aku menyukainya dan lalu mensyukurinya. Tapi kini, setahun berlalu dan aku tidak hanya mensyukuri pernah menjadi anaknya, tapi juga mensyukuri pernah bertemu dengannya. Sangat istimewa, juga pertemuan yang istimewa. Dan pastinya, dipertemukan denganku disaat usiaku yang sekian dengan kematangan berpikir yang sekian, ini pasti salah satu rencana Allah untuk hidupku.
Sedikit kuceritakan, ketika kucari tahu tentang bapaknya, ternyata kesannya begitu menarik ketika ternyata bapaknya anak pecinta alam, sepertiku. Bapak membawa bendera kebanggaan itu dan berfoto di menara ikon Kota Paris. Kenyataan kedua adalah bapak sangat puitis, kak dwi bilang bapak penulis keren, banyak bukunya yang bukan hanya fiksi tapi juga nonfiksi. Kenyataan ketiga, bapak mengerti aku, bapak memiliki background islami yang sangat membuatku terkesan. Seakan bapak berdakwah dalam profesinya. Dan itu cukup untuk membuatku bersemangat memulai perjalanan ini. Bukan hanya menyelesaikan skripsi, tapi juga gerbang memasuki dunia akademis dan profesi, berdakwah didalamnya!
Setelah kujalani, kutemukan kenyataan keempat : bapak menghargai proses. Pesannya saat itu :
“gapai jenjang karir terbaik dan pendidikan tertinggi. sukses suci!”
heyy.. bapak sedang mengajarkan aku untuk tahajud! bukankah itu semua didapat setelah kita bertahajud? pencapaian tertinggi. bapak juga memeriksa pekerjaanku di jam-jam tahajud. aku.. kelu sekali.
Saat ini, setelah melihat betapa bapak menghargai proses dan pencapaian kami, aku sangat takut. Pasalnya, aku masih berhutang untuk mempublish jurnal itu di LIPI, dan sampai saat ini belum-belum juga karena-ya tahu sendiri melanjutkan itu lebih sulit daripada memulai, padahal memulai juga sulit-. Saat ini rasanya seperti aku dikejar-kejar. Aku belum selesai, aaa!
Tapi bagus juga, dikejar-kejar dunia. Waw, bahkan aku tidak mengharapkannya. Alhamdulillah.
Menggapai jenjang karir terbaik dan pendidikan tertinggi? YUK
“Yg jelas makasih karena udh jadi salah satu org yg nguatin waktu itu, diantara banyak kating, untung aja kukenal ka dwek dan untung aja kakak juga melewati fase jadi anaknya pak hardius heheh
Semoga hal2 baik yg didapat dari org yg baca skripsiku itu mengalir juga kebaikannya buat kakak ya kak
Jadi de ja vu waktu ada adek59 yg didosbingin juga sama pak har dan minta disharingin banyak2, kuceritain aja yg kakak bilang juga
Trs dia skrg kayanya menikmati dgn lapang dan lebih baik wkwk, dia bilang makasih katanya. Wkw sehat2 kakak (dan keluarga) wkwkwk”
- jawaban pesan untuk tsadest.