Sisa-Sisa Keangkuhan Yang Hilang

Invisible Adventure
2 min readNov 7, 2020

--

Lancar. Mantap. Tereksekusi.
Dengan jumawa-nya dirimu membanggakan kejayaan dan keberhasilan nikmat dari Allah itu. Seakan-akan jika bukan tanpamu, semua sendi pergerakan tidak akan bergerak sama sekali.
Seakan-akan jika kau tidak terlibat, tidak akan sempurna hasilnya.
Seakan-akan jika kau tidak berucap satu dua hal, rasanya tidak lengkap.
Semuanya mudah dengan kehadiranmu.

Lalu akhirnya, ketika satu dua kekuatan pasukanmu pergi, kau hanya bisa mencibir “kan, mereka tidak bisa diandalkan, sudahlah biar aku saja yang menjadi superman dari semua ini”. Lalu akhirnya, kau memaki habis-habisan setiap udzur yang datang kepadamu. Menyepelekan keperluan prajuritmu sendiri. Bahkan menyita lebih banyak waktunya tanpa memberi celah untuk beristirahat. Pada akhirnya, kau menjadi mesin buldozer yang mengeruk kebahagiaan dan ketenangan hati kawan seperjuanganmu sendiri.
Terlalu tidak percaya, ibarat waktu yang bergulir tidak mengizinkan mereka melepas lelah. Tidak menoleransi, karena merasa terlalu lama untuk menunggu penjelasan teman-teman dalam barisanmu itu.

Lalu ketika semua terjadi dengan lancar, hanya karena dirimu tetap bertahan dalam koridormu, tetap menjalankan kewajibanmu, bukan berarti dirimu adalah pahlawan yang menyelamatkan kondisi itu. Bukan, sama sekali bukan.
Sebenarnya kau hanya belum menyadarinya saja, bahwa pertolongan Allah turun padamu atas kesabaranmu tetap berdiri tegap di antara barisan yang berguguran.
Padahal, saat itulah Allah tunjukkan betapa mudah bagiNya untuk membalikkan kondisi.
Padahal sebenarnya, tentara Allah turun untuk membantumu.
Jalanmu dimudahkan.
Pasukanmu Allah gerakkan.
Hati-hati yang lemah itu Allah kuatkan.

Sama-sekali tidak ada daya apapun untuk menggerakkan pasukan kecilmu itu, tanpa pertolongan-Nya. Jadi tolong, jangan merasa jemawa atas perjuangan bertahanmu itu. Tapi berterima kasihlah, karena waktumu untuk menunjukkan kesungguhanmu sudah Allah akhiri dengan menurunkan bantuan-Nya.

Kini, keangkuhan itu luruh, layaknya deburan ombak yang menampar tepian pantai, meluruhkan keangkuhan yang lenyap sekejap istana pasir dibasuh ombak.
Kini, keangkuhan itu ciut, ketika langkah-langkah kecil pasukanmu itu bahkan menggetarkan hatimu. Lisannya yang lembut bahkan bisa menohok pertahananmu yang kuat itu. Dan akhirnya kaupun menyadari, kau hanya satu titik di antara puluhan maupun ratusan titik-titik kebaikan yang menggunung di sekitarmu. Dan dengan perhitungan-Nya, kau dijadikan titik pusat koordinasi, yang mungkin hanya dengan cara itulah dirimu bergerak.

Terimakasih pasukan. Sebuah kehormatan bagiku untuk mengepalai kalian. Nyatanya, aku hanyalah pegawai Allah yang mengusahakan untuk memaksimalkan capaian kinerjaku dihadapanNya.

--

--

Invisible Adventure
Invisible Adventure

Written by Invisible Adventure

0 Followers

read more, know more

No responses yet