Take A Break
Kehidupan membuat kita tidak pernah berhenti. Jika sedikit saja kita memberi jeda, seakan rasanya lebih banyak yang mengejar, berkali lipat kejarannya dan semakin rumit.
Tapi ternyata selama ini kita yang belum mengerti apa arti jeda yang sebenarnya.
Atas banyak sekali tenggat waktu yang diberikan pada kita, atas beban yang semakin hari semakin banyak sedangkan kita tidak bisa berbuat apapun selain menunggu, atas respon orang lain yang tak kunjung datang, atas keterbatasan-keterbatasan yang tidak bisa kita atur, kita perlu memahami bahwa porsi kita adalah melakukan yang terbaik dalam ranah yang bisa kita usahakan. Kita tidak bisa membuat orang lain bergerak dan mengikuti langkah kita. Kita tidak akan mampu membuat orang beresonansi dengan kita sedangkan kita belum menyatukan frekuensi dengannya. Pun jika sudah se frekuensi, kita tidak bisa memaksakan. Kita perlu memberi jeda. Tidak harus sekarang untuk mengusahakan semuanya terjadi dan siap. Bukan salah kita jika semua tidak seperti yang kita inginkan.
Memberi jeda adalah jawaban, untuk membuat kita berpikir lebih jauh dan dalam.
Memberi jeda adalah cara terbaik, untuk menjelaskan kepada dunia bahwa kita sudah melakukan bagian kita, menyadarkan sekitar bahwa inilah bagian yang belum terisi.
Memberi jeda adalah bagian dari perjalanan, bahwa kita perlu memahami tentang penerimaan.
Jeda itu bukan menjadi pelindung dibalik alasan-alasan diri yang menghindar.
Jeda itu bukan cara untuk membuat self reward atas semua pencapaian diri, lantas kita memuji diri sendiri dan merasa sudah melakukan banyak hal dibanding yang lain.
Jeda itu bukan jalan untuk kita berlari dari tanggung jawab, sama sekali bukan. Bukan menjauh dari amanah yang masih ada di pundak, mendiamkan semuanya dan berlari, tanpa memberi kabar dan kejelasan, berlindung dibalik kata “jeda”.
Jeda itu berhenti, lalu memikirkan solusi. Jeda itu alat untuk rem diri, menyaring kata yang keluar, mengubah respon kita menjadi lebih jernih dan tidak reaktif. Jeda itu berpikir, mencari jalan ditengah persimpangan.
Setidaknya, kita semua tahu bahwa kapasitas kita tidak sekuat itu menanggung amanah yang datang. Bahkan dalam satu hari, tidak mungkin kita mampu untuk terus bersemangat dan optimal dimanapun kita berada. Dan Allah tahu itu, maka Allah panggil kita untuk selalu memberi jeda, lima kali sehari. Berbincang dengan-Nya tentang hari yang akan kau mulai di waktu subuh, berkabar tentang apa saja yang kau temui dan kau risaukan dikala tengah hari, berpikir sejenak dengan-Nya dikala sore untuk merenungi apa saja yang telah terjadi, bersama-Nya ketika memasuki waktu terbenamnya mentari, dan menutup malam dengan bersimpuh menuturkan seluruh keluh kesah hari itu dalam shalat malam.
Setidaknya, setelah memberi jeda akan kita temukan diri kita dalam kendali yang sepenuhnya. Akan kita pastikan bahwa apapun yang keluar dari lisan kita adalah apa-apa yang sudah dimatangkan dalam otak dan disiapkan dalam hati.
jangan lupa memberi jeda dan tetap on the track, :)