Tidak hanya tiga puluh hari
Hajat besar, katanya. Presenter dalam televisi swasta menjelaskan rangkaian kegiatan sepuluh tahunan itu. Kegiatan yang melibatkan banyak sekali peran, pun kontribusi. Tapi nyatanya, keperluan negara ini jarang terdengar hingga ke pelosok gang-gang kecil pemukiman.
Tahun ini sungguh unik jika dibandingkan dengan tahun-tahun lain penyelenggaraan kegiatan sepuluh tahunan ini. Tahun ini, seakan semesta turut menyebarkan kabar bahwa kegiatan yang dinanti akan tiba. Keterbatasan kondisi membuat informasi tersebar lebih mudah dengan cara online. Pun secara sporadis, informasi menyebar melalui langkah-langkah kecil kaki seseorang yang mengetuk satu persatu pintu, dari rumah ke rumah. Ah ya, namanya petugas sensus. Terbaca jelas pada rompi bagian punggungnya. Aku saat itu tidak pernah menyangka bahwa akan menjadi salah satunya, secepat ini.
Gedung abu dengan logo berwarna biru, oranye dan hijau itu menjulang. Di halaman depan tempat parkir itu, seorang bapak menghampiriku. Bapak satpam yang dari matanya, kutangkap dedikasi yang entah sudah berapa lama. Bapak satpam itu berpesan padaku, bahwa apa-apa yang akan dilalui dalam tiga puluh hari kedepan tidak akan berhenti sampai disini. Kita memang dikontrak dengan jangka waktu selama itu, tapi hasil yang kita jalani akan berlanjut dan digunakan lebih lama lagi dari yang kita bayangkan.
Saat itu, hanya anggukan yang kuberikan. Sudah pernah memahami prosesnya secara teori dalam paparan dosen di bangku kuliah kampus biru. Tapi kini, rasanya seperti benar-benar memahami bahwa data memang semahal itu. Memulai dengan perencanaan target harian, menghubungi pihak terkait seperti ketua RT, menjelaskan lagi dan lagi tentang sensus penduduk kepada setiap orang yang bertanya. Berkeliling menemui berbagai jenis rumah serta keragaman pengisinya. Sangat memunculkan jiwa petualang ketika harus kembali memutari banyak sekali gang-gang kecil di pemukiman padat. Ataupun menyusuri sawah hingga menembus batas wilayah. Mengasyikan, tapi kelelahan memang menyertai. Peluh, setiap harinya bertambah ketika menemukan kendala di lapangan. Tertolak, putus asa, lelah. Menghadapi manusia memang perlu menyiapkan mental dan melapangkan hati berkali-kali. Kondisi di lapangan tidak semudah dan seideal yang dibayangkan para konseptor. Tapi, semuanya menjadikan perjalanan ini berwarna.
Sungguh, satu hal yang sangat membekas adalah ketika melihat senyum tergurat dari wajah lelah bapak/ibu pendamping. Ketika kunyatakan sudah selesai, maka luruh pula segala kelelahan mencari dan menemukan data. Gang demi gang itu menjadi saksi cerita dan luapan hati seseorang yang mendedikasikan dirinya dan rela terikat untuk mengurusi keperluan warga, dengan menjadi ketua RT. Sayang, tidak banyak yang menyadarinya.
Akupun masih ingat, betapa terhenyaknya diriku ketika menemui kondisi yang tidak kubayangkan sebelumnya. Sebuah keluarga yang hidup dalam naungan rumah, entahlah apakah layak disebut rumah. Seorang pemuda yang terpaksa tersenyum kepada kami ketika menjawab perihal status, ternyata ia sudah berpisah dengan istrinya. Seorang ibu dengan berat hati akhirnya menjelaskan kondisi anaknya yang sakit hidrosefalus ketika ditanya tentang anaknya. Seorang istri, yang begitu tempramen ketika ditanya tentang keberadaan suaminya. Terlalu banyak yang tertangkap dan terekam oleh hati. Terlalu banyak hingga akhirnya kita mampu menyadari peran sebagai saudara yang perlu mengerti satu sama lain.
Diluar keterbatasan di lapangan, serta perhitungan kualitas hasil SP yang dirancang di pusat sana, setidaknya kita melakukannya dengan maksimal. Nyatanya, semakin benar dan semakin maksimal seorang petugas sensus mendata penduduk, semakin mudah pula proses selanjutnya. Semudah menuliskan nomor bangunan, melengkapi nomor kartu keluarga, atau bahkan hal yang lebih krusial seperti status kependudukan. Itu semua akan memudahkan tim editing coding memperbaiki kesinambungan antar kolom, memudahkan petugas entri memasukkan data, memudahkan validasi dan lainnya hingga penyajian.
Pada akhirnya, akan kita menyadari bahwa kontribusi kita tidak hanya tiga puluh hari, tapi tanamkan dalam hati bahwa apa yang kita kerjakan akan menentukan seperti apa negeri kita kedepannya.
Kita tidak pernah menyadari, bahwa kontribusi kita dapat memperbaiki banyak hal kedepannya. Kontribusi kita untuk negeri kita tercinta, untuk satu data kependudukan.
Terimakasih, SP2020.